Masa remaja tidak hanya dicirikan
dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang signifikan, namun masa
remaja juga menjadi jembatan antara anak yang aseksual dan orang dewasa yang
seksual. Remaja adalah masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa mengintregasikan
seksualitas kedalam identitas seseorang. Remaja memiliki rasa ingin tahu dan
seksualitas yang hampir tidak dapat dipuaskan. Remaja hanya memikirkan apakah
dirinya secara seksual menarik, cara melakukan hubungan seks, dan bagaimanakah
nasib kehidupan seksualitas mereka. Mayoritas remaja dapat mengembangkan
identitas seksual mereka yang matang, meskipun sebagian besar diantara mereka
mengalami masa rentan dan membingungkan.
Menurut Epstain & Ward, 2008
mengemukakan bahwa mereka sangat mudah menjangkau informasi tentang seksualitas
melalui televisi, video, majalah, lirik lagu, serta dari situs website.
Sedangkan menurut Brown & Strasburger, 2007 menyimpulkan bahwa remaja yang
sering menonton tayangan seksual di televisi cenderung untuk memulai hubungan
seksualnya lebih awal dibandingkan remja yang sedikit menonton tayangan seksual
di televisi.
Menurut
Kusmiran, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada
remaja, antara lain kurangnya perhatian orang tua, kurangnya komunikasi orang
tua dengan anaknya mengenai permasalahan pendidikan seksual, apalagi
membicarakan tentang pendidikan seksual di Indonesia terkadang masih dianggap
tabu. Lalu adanya pengaruh teman sebaya yang kuat sehingga munculnya penyimpangan
perilaku seksual yang dikaitkan dengan norma kelompok sebaya. Selain itu, adanya perubahan hormonal pada
remaja juga dapat mempengaruhi perilaku seksual, karena perubahan hormon dapat
menimbulkan hasrat (libido seksualitas).
Kecanduan
pornografi dapat mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral
Tegmental Area (VTA) secara fisik
mengecil. Penyusutan jaringan otak yang memproduksi dopamine (bahan kimia
pemicu rasa senang) itu menyebabkan kekacuan kerja neurotransmiter. Dalam hal
ini pornografi menimbulkan perubahan konstan pada neurotransmiter dan
melemahkan fungsi kontrol. Orang yang sudah kecanduan pornografi tidak bisa
lagi mengontrol perilakunya, berkurangnya rasa tanggung jawab bahkan akan
mengalami gangguan memori, serta memicu ke arah depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock. W. John. 2011. Life-Span
Development Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I . Jakarta:
Penerbit Erlangga
Pinnel. John. 2009. Biopsikologi
Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Belajar
Universitas Sumatra Utara. 2011. Landasan
Teori. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45319/4/Chapter%252II.pdf&sa=U&ved0ahUKEwjnwt2I8afRAhUHpo8KHe4mC_AQFggPMAA&usg=AFQjCNFWWsWfHvRETqa5uoozt8WG2ueSFw.
0 komentar:
Posting Komentar