This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 27 November 2017

schizofrenia Catatonic

Schizofrenia Catatonic
Schizofrenia Catatonic adalah tipe skizofrennia dimana penderitanya biasanya tidak dapat terkoordinasi, canggung dan memiliki perangai yang tidak biasa. Mereka mengalami gangguan gerakan. Tipe ini ditandai dengan adanya withdrawl (penarikn diri) dari lingkungan yang bersifat ekstrim, sehingga dia tidak kenal lagi lingkungan duniannya.

Kriteria Diagnosis
Tipe schizofrenia ini harus memenuhi sekurang-kurangnya dua dari beberapa gangguan berikut :

  1. Motoric Immobilitty yang berbentuk perilaku catalepsy (ayan), termasuk fleksibilitas lilin atau perilaku pingsan (stupor).
  2. Aktivitas motorik yang berlebihan, dimana aktivitas tesebut tidak memiliki tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
  3. Negativisme ekstrim yaitu menentang seluruh saran dan instruksi yang diberikan atau mempertahankan suatu bentuk kekakuan tubuh yang tidak dapat diubah.
  4. Gerakan tubuh yang aneh yang ditandai dengan sikap tubuh yang tidak biasa dan aneh atau gerakan meniru-niru.
  5. Echolalia (menirukan kata-kata orang lain) atau echopraxia (menirukan tingkah laku).

Ciri-ciri schizofrenia catatonic, antara lain :

  1. Urat-uratnya jadi kaku. Pasien mengalami choreaflexibility (waxflexibility) yaitu badan jadi beku-kaku. 
  2. Menjaga atau memelihara postur yang kaku dan diam untuk periode waktu yang lama.
  3. Sering menderita catalepsy yaitu dalam keadaan tidak sadar seperti kondisi trance dimana seluruh badanya menjadi kaku, tidak pejal dan tidak bisa dibengkokkan.
  4. Ada tingkah laku yang stereotipis atau gerak-gerak yang otomatis, dan tingkah laku yang aneh-aneh tidak dikendalikan oleh kemamuan.
  5. Ada gejala stupor  yaitu tidak bisa merasa seperti terbius, bersikap negativitis dan pasif yang disertai delusi-delusi kematian.
  6. Kadang-kadang disertai catatonic excitement yaitu kegembiraan menjadi meledak-ledak dan ribut hiruk-pikuk, dan kegemparan (aktivitas motorik yang berlebih atau eksesif) dan tanpa memiliki tujuan dan kegunaan (purposeless).

Gambaran Klinis yang muncul secara dominan adalah imobilitas motorik karena katalepsi, aktivitas motor yang berlebihan, negativisme berlebihan, keanehan gerkan dan ekolalia (latah).

Dinamika Terjadinya Schizofrenia Catatonic
1. Genetika
Para ahli berpendapat bahwa genetika adalah salah satu penyebab skizofrenia, hal ini didukung dengan fakta bahwa orang tua yang mengalami skizofrenia akan melahirkan anak dengan presentasi kuat terkena skizofrenia juga.
2. Gangguan Pada Otak
Penyebab skizofrenia menurut para ahli adalah gangguan pada otak. Otak sebagai pusat kendali manusia jika mengalami gangguan pastilah akan menyebabkan fungsinya menjadi tak normal seperti fungsi kognitif dan impulsif. Gangguan pada otak ini biasanya diakibatkan oleh zat-zat kimiawi.
3. Stres
Stres yang diderita orang akan membebani otaknya, hal tersebut akan menyebabkan otak mengalami overload hingga dapat mengalami kerusakan yang dilanjutkan dengan skizofrenia. Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres pada seseorang adalah pekerjaan, tekanan hidup, dan pasangan.
4. Trauma
Trauma yang membekas pada pikiran dan tidak bisa dihilangkan lama kelamaan akan mengakibatkan otak menjadi terganggu dan terjadilah skizofronia. Jika Anda mengalami stres dan trauma, segera atasi hal tersebut agar semakin tidak parah dan menimbulkan banyak penyakit lainnya.
5. Konsumsi Obat-Obatan Terlarang
Banyak sekali obat-obatan terlarang yang beredar dipasaran semacam narkoba, ganja, kokain, dan lain lain. Efek samping yang ditimbulkan jika mengkonsumsi hal tersebut biasanya akan membuat seseorang berhalusinasi dengan pikirannya sendiri, lama-kelamaan halusinasi tersebut akan semakin menjadi berat dan menjadi skizofrenia.

Daftar Pustaka
Kartono. kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung : CV.Mandar Maju
Wiramihardja. Sutardjo. 2005.  Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika Aditama
Anonim. 2015. Gangguan skizofrenia. http://www.referensisehat.com/2015/03/Definisi-gejala-penyebab-mengatasi--skizofrenia.html/m=1
Universitas Kristen Satya Wacana. https://www.google.co.id/search?hl=id&ie=UTF-8&q=skizofrenia+katatonik+ppdgj&sa=X&ved=OahUKEwjV_Oz-DQAhVG7wKHR2CBRsQ1QIICA
Terapi Psikologi. 2016. Penyakit Skizofreni Penyebab, Tanda, dan Pengobatan. http://terapipsikologi.com/?penyakit-skizofrenia-penyebab-pengobatan,103

PENYAKIT JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Pengertian Penyakit Jiwa
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an ada istilah-istilah yang dapat di kategorikan sebagai gangguan jiwa seperti maridhun qolbu, majnun, mafthun jinnatuun. Konsep sakit secara bahasa terkait dengan tiga konsep dalam bahasa inggris, yaitu disease, illnesss dan sickness. Menurut Helman (1984) penyakit dalam konteks medis (disease) lebih berkaitan dengan gambaran medis dan klinis yang terjadi pada seseorang. Illness dalam konteks budaya lebih dilihat sebagai pengakuan sosial bahwa seseorang terganggu dalam menjalankan perannya.. Sedangkan sickness menurut Kleinman mencakup pengertian penyakit dalam tatanan makrososial yang lebih luas.

Penyakit jiwa (psychoses) adalah kelainan kepribadian yang  ditandai oleh mental
dalam (profound-mental) dan gangguan emosional yang mengubah individu normal menjadi tidak mampu mengatur dirinya untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Dua istilah dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity  adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa individu itu juga kacau dan gila akibat dari tindakannya. Pada saat lain istilah demenia digunakan untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Kebanyakan semua, penyakit jiwa ini disertai dementia.

Seseorang yang diserang penyakit jiwa kepribadiannya terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mmapu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemnya. Sering kali orang yang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari yang lain.

Penyakit Kejiwaan dalam Perspektif Islam
Dalam perspekktif Islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (Akhlaq Madzmumah) seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya. Menurut Nabi Muhammad, kecondongan kepribadian yang abnormal tidak lagi disebut secara negatif. Islam menempatkan manusia di tempat yang tinggi, sekalipun masalah kejiwaan, bukan gejala neurosis, namun menurut beliau mereka hanyalah orang yang sakit. Beliau menegaskan bahwa orang yang sakit jiwa adalah mereka yang berbuat maksiat, dalam arti lain mereka yang sering mendustakan Allah.
Al-qur’an memang banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit didalam dadanya.

Jenis-jenis penyakit Kejiwaan dalam Perkpektif Islam
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. Nur. 2015. Kerangka Dasar Membangun Kesehatan Spiritual Melalui Pendekatan Psikologi Islam. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/download/1026/938&sa=U&ved=OahUKEwj45qqwoZDUAhVDHpQKHZYmA6A4FBAWCBYwAw&usg=AFQjCNGVlP8381I2-SQ3lq9wvzGEYwuIQ. Diakses pada tanggal 27 Mei 2017
Arindah. Umayah. 2015. Pendidikan Agama Islam: Kesehatan Jiwa Dalam Perspektif slam. http://www.academia.edu/28063321/Pendidikan_Agama_Islam_Kesehatan_Jiwa_Dalam_Perspektif_Islam. Diakses pada tanggal 24 Mei 2017

Senin, 13 November 2017

PENDEKATAN TERAPI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK



Terapi eksistensial humanistik berakal pada filsafat eksistensial yang muncul awal tahun 1960-an yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow. Pendekatan eksistensial humanistik pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendekatan ini sangat menekankan tentang kebebasan dan tanggung jawab.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikanbantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia ke dalam dunia tempat dia bertanggungjawab atas dirinya. Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.


Konsep Dasar
Menurut Gerald Corey, ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial humanistik, yaitu:
1.     Kesadaran Diri
Kesadaran diri membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2.    Kebebasan, Tanggung  Jawab, Dan Kecemasan
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia . Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3.    Penciptaan Makna
Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya. Manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu.

Analisis Film Good Will Hunting

https://www.google.com/search?q=film+good+will+hunting&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiT4M3LoLzXAhXEvY8KHcgoCscQ_AUICygC&biw=1288&bih=697#imgrc=jCvHPNXoJaS6WM:


aA. Karakteristik Konselor
1.      Konselor Pertama bernama Henry
§  Langsung membicarakan masalah klien
§  Menyalahkan klien atau menyudutkan klien
§  Tidak melihat potensi pada klien
§  Mudah terpancing emosinya terhadap kata-kata klien
2.      Konselor Kedua bernama Rick
§  Lebih banyak bertanya
§  Menggunakan Hypnoterapy
§  Mudah terpancing emosinya
3.      Konselor ketiga bernama Sean Marguire
§  Mendengar aktif
§  Tau kapan harus memberikan feedback, nge-chat, dan fokus terhadap masalah
§  Memiliki wawasan atau pengalaman yang luas
§  Memberikan kesempatan pada klien untuk mengetahui identitas diri klien dan memberikan kesempatan pada klien untuk menceritakan diri klien tanpa memaksanya
§  Dapat membangun hubungan interpersonal pada klien, sehingga muncul saling mengenal, percaya dan empati
§  Mengetahui tehnik konseling
§  Menghargai klien
§  Memiliki sikap terbuka atas perasaannya sendiri
§  Tidak menyalahkan klien
§  Mengetahui arah konseling

     B. Teori
Dalam proses konseling yang dilakukan oleh Sean Marguire adalah menggunakan pendekatan “Terapi Rasional Emotif” dimana konselor menitik beratkan proses berpikir, menilai, memutuskan, menganalisi dan bertindak. Teori ini dikembangkan ole Albert Ellis. Teori ini menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara stimultan.
Makna dan tujuan terapi ini adalah meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri klien dan membantu klien untuk memperoleh keyakinannya yang lebih rasional. Teori ini tidak hanya diarahkan pada penghapusan gejala, tetapi juga untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya secara mendasar, membantu mereka untuk memperoleh keyakinan yang berkenaan dengan minat diri, sosial dan pengaturan diri.
Menurut Albert Ellis, tehnik yang digunakan dalam RET ini lebih bersifat elektif sesuai dengan karakter permasalahan yang cukup bervariasi, sebagaimana memiliki pengalaman hidup yang cukup berarti, belajar tentang pengalaman-pengalaman orang lain, dan memasuki hubungan dengan terapis.
Seperti halnya dalam proses konseling, Sean (Konselor) berbagi pengalaman hidupnya ketika ditinggal istrinya dan mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya secara mendasar, membantu klien untuk memperoleh keyakinan yang berkenaan dengan minat diri, sosial dan pengaturan diri.

   C. Masalah
§  Klien mengalami kekerasan pada masa lalunya
§  Menyalahkan dirinya sendiri dan merasa bahwa klien memang pantas unuk disalahkan dan dihukum
§  Tidak memiliki kepercayaan diri
§  Sulit mempercayai orang lain

Sumber buku : Masdudi. 2011. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon:                              At-Tarbiyah Press.

Rabu, 18 Oktober 2017

Helping Relationship



Pada hakekatnya hubungan dalam konseling bersifat membantu (Helping Relation). Maksud membantu disini tetap memberikan kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas yang dihadapinya. Hubungan dalam konseling tidak bermaksud untuk mengalihkan permasalahan permasalahan kepada konselor tetapi memotivasi klien untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalah.

A.    Pengertian

Menurut A. Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa Helping Relation merupakan individu bekerja bersama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatian atau masalahnya. Dalam hubungan membatu ada pihak yang dibantu dan pihak pemberi bantuan. Mc. Cully mengatakan bahwa suatu profesi helping dimaknakan sebagai adanya seseorang, didasarkan pengetahuan khasnya, menerapkan suatu tehnik intelektual dalam suatu pertemuan khusus (existensial affairs) dengan orang lain dengan maksud agar orang lain tadi memungkinkan lebih efektif menghadapi dilema-dilema, pertentangan yang merupakan ciri khas kondisi manusia.

B.     Karakteristik

George dan Cristiani (1990) mengemukakan enam karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling. Adapun keenam karakteristik itu adalah sebagai berikut :

1.      Afeksi                                                             4. Privasi

2.      Intensitas                                                        5. Dorongan

3.      Pertumbuhan dan perubahan                           6. Kejujuran

C.    Tujuan Konseling

Krumboltz mengklasifikasikan tujuan konseling menjadi 3 yaitu :

1.      Mengubah perilaku yang salah penyesuaian

2.      Belajar membuat keputusan

3.      Mencegah munculnya masalah

Ketiga tujuan tersebut bersifat continue, maksudnya bahwa konseling tersebut dapat dicapai secara bertahap karena tujuan akhir tidak akan tercapai jika tidak melalui tujuan yang sebelumnya.

D.    Kondisi Hubungan Konseling

Menurut Rogers, konselor harus menciptakan kondisi yang memungkinkan klien dapat berkembang. Menurutnya ada tiga kondisi yang harus diciptakan oleh konselor, yaitu : congruence, acceptance, empathetic.

E.     Aspek Konselor dalam Hubungan Konseling

1.      Aspek keahlian dan keterampilan konselor berpengaruh terhadap keberhasilan konseling ( expertice and skill ).

2.      Sikap yang harus dimiliki konselor untuk menopang keberhasilan dalam menjalakan hubungan konseling ( personal konselor ). Adapun dimensi yang harus disadari dan dimiliki konselor, yaitu :

§  Spontanity                             

§  Fleksibilitas

§  Konsentrasi

§  Keterbukaan

§  Stabilitas emosi

§  Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah

§  Kemauan membantu klien mengubah tingkah lakunya.

§  Komitmen pada rasa kemanusiaan

§  Pengetahuan konselor

§  Totalitas

F.     Aspek Klien dalam Hubungan Konseling

Keberhasilan konseling, selain karena faktor kondisi yang diciptakan konselor, cara penanganan, dan aspek konselor sendiri, ditentukan pula oleh faktor klien. Rogers menyatakan bahwa klien adalah orang yang hadir ke konselor dan kondisinya dalam keadaan cemas atau tidak congruence.

Dalam beberapa kasus diketahui banyak klien datang ke konseling dengan harapan dapat langsung keluar dari masalahnya dan meminta dorongan untuk mengatasinya.

G.    Langkah-langkah dalam Helping Relation

Struktur tiga model menurut Gerald Egan yaitu :

1.      What’s going on ? (membantu klien untuk memperjelas hal-hal penting yang meminta perubahan.

2.      What’s solution can make sense for me ? (membantu klien menentukan hasil).

3.      What do I have to get what I need and I want ? (membantu klien mengembangkan strategi-strategi untuk memenuhi tujuan).

Sumber :

§  Latipun. 2003. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. Malang: UMM Press. 
§  Sugiharto, D.Y.P. dan Mulawarman. 2007. Psikologi Konseling. Semarang: Unnes Press.